BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ekosistem adalah
suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan
antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu
tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan
hidup yang saling mempengaruhi.
Ekosistem merupakan penggabungan
dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik antara
organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur
biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan
anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada. Dalam
ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan
fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik,
sebaliknya organisme juga mempengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup.
Pengertian ini didasarkan pada hipotesis Gaia, yaitu: "organisme, khususnya
mikroorganisme, bersama-sama dengan lingkungan fisik menghasilkan sutu sistem
kontrol yang menjaga keadaan di bumi cocokuntuk kehidupan". Hal ini
mengarah pada kenyataan bahwa kandungan kimia
atmosfer
dan bumi sangat terkendali dan sangat berbeda dengan planet lain di tata surya.
Lebih lanjut Elfis (2010a)
menyatakan bahwa ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh
hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa
dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap
unsur lingkunagn hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem terbagi atas tiga
tipe ekosistem, yaitu ekosistem air, ekosistem darat, dan ekosistem buatan.
Salah satu contoh ekosistem buatan adalah ekosistem sawah.
Sawah adalah
pertanian yang dilaksanakan di tanah yang basah atau dengan pengairan. Bersawah
merupakan cara bertani yang lebih baik daripada cara yang lain, bahkan
merupakan cara yang sempurna karena tanah dipersiapkan lebih dahulu, yaitu
dengan dibajak, diairi secara teratur, dan dipupuk (Rustiadi, 2007).
Sawah bukaan
baru dapat berasal dari lahan kering yang digenangi atau lahan basah yang
dijadikan sawah. Hara N, P, K, Ca, dan Mg merupakan pembatas pertumbuhan dan
hasil padi pada lahan sawah bukaan baru. Hara N, P dan K merupakan pembatas
pertumbuhan dan hasil padi pada ultisol (Widowati et al., 1997).
Lahan untuk
sawah bukaan baru umumnya mempunyai status kesuburan tanah yang rendah dan
sangat rendah. Tanah-tanah di daerah bahan induknya volkan tetapi umumnya
volkan tua dengan perkembangan lanjut, oleh sebab itu miskin hara, dengan
kejenuhan basa rendah bahkan sangat rendah. Kandungan bahan organik, hara N, P,
K dan KTK umumnya rendah (Suharta dan Sukardi, 1994)
.

Selanjutnya Notohadiprawiro (2006),
menyatakan bahwa keanekaragaman hayati pertanian Indonesia sangat besar. Hal
ini memberikan peluang besar memilih macam tanaman yang sesuai untuk tiap
wilayah ekologi yang ada di Indonesia. Dengan demikian pertanian Indonesia
kalau dapat dikembangkan secara merata berpotensi besar menjadi piranti handal
dalam tata guna lahan. Di wilayah Indonesia manapun pertanian dapat dibangun
dengan konsep agroekosistem karena didukung oleh keanekaan hayati pertanian
Indonesia yang sangat besar. Konsep agroekosistem membuat pertanian suatu
sistem produksi biomassa berguna yang efektif secara teknologi, efisien secara
ekonomi, dan berkelanjutan menurut wawasan lingkungan.
2. Rumusan Masalah
Dari uraian
latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut : Bagaimana faktor Edaphis diekosistem sawah
3. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah
ini adalah mengetahui faktor edaphis ekosistem sawah.
4. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan
makalah ini adalah :
·
Kita dapat menjaga kelestarian
lingkungan di sekiar kita
·
Mencintai lingkungan di sekitar kita
·
Mengetahui kebijakan kebijakan yang
ada di lingkungan
BAB II
PEMBAHASAN
1. Faktor Edaphis Ekosistem Sawah
Edaphis adalah hutan yang terbentuk
karena pengaruh tanah. Tanah merupakan suatu benda alam
yang tersusun dari padatan (bahan mineral dan bahan organik), cairan dan gas,
yang menempati permukaan daratan, menempati ruang, dan dicirikan oleh salah
satu atau keduanya (Wikipedia,2010).
Warna tanah adalah petunjuk untuk
beberapa sifat tanah. Perbedaan warna permukaan tanah
dipengaruhi oleh perbedaan bahan kandungan organik, misalnya; Warna gelap, memiliki bahan organik yang tinggi. Warna abu-abu, menunjukkan tanah memiliki sistem drainase
buruk (Wikipedia, 2013).
Menurut Aryulina (2007), tanah
merupakan hasil pelapukan batuan yang disebabkan oleh iklim atau lumut dan
pembusukan bahan organik.
Tanah (bahasa Yunani: pedon;
bahasa Latin: solum) adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan
bahan organik. Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan batuan organisme,
membentuk tubuh unik yang menutupi batuan. Proses pembentukan tanah dikenal
sebagai “pedagonesis” (Wikipedia, 2013).
Disimpulkan bahwa tanah merupakan lapisan kulit bumi terluar
yang tersusun dari bahan mineral dan bahan organik, dipengaruhi oleh bahan
induk, iklim, bentuk wilayah, dan mikoorganisme, serta proses terjadinya
memakan waktu yang lama. Unsur pembentuk tanah terdiri dari mineral (45%),
udara (25%), air (25%), dan bahan organik (5%).
Dari penampang lintang tanah, tampak adanya lapisan-lapisan
yang disebut horizon. Horizon A merupakan lapisan tanah yang banyak mengandung
bahan organik; horizon B dan C mengandung mineral; horizon R mengandung bahan
induk berupa batuan yang belum mengalami pelapukan. Lapisan top-soil tanah
merupakan lapisan tanah paling atas (horizon A), sedangkan lapisan bawahnya
sampai perbatasan dengan batuan induk disebut sub-soil (horizon B dan C). Tanah
yang mempunyai lapisan top-soil dalam sangat baik bagi tanaman. (Yovita Hetty
Indriani, 1993).
Tanah adalah lapisan terlapuk dari kerak bumi dimana
organisme dengan produk-produknya terbaur. Tanah terdiri dari tiga komponen
yang berlainan satu sama lain. Pertama, adalah materi bahan induk yang terdiri
dari subtrasum batuan geologik tubuh bumi di bawahnya. Kedua, bahan organik
mati dan yang masih hidup dari ragam populasi di dalam dan di atas tanah.
Ketiga, ialah pori-pori, ruang udara atau cairan di antara butir tanah yang
merupakan cairan di antara butir tanah yang merupakan larutan cair tanah dan
atmosfer tanah (Wirakusumah dalam Elfis, 2006).
Menurut Ensiklopedia (2012), jenis-jenis tanah yang ada di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah:
a.
Tanah humus
Tanah humus adalah tanah yang sangat subur, terbentuk dari
pelapukan daun dan batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat.
b.
Tanah pasir
Tanah pasir adalah tanah yang
bersifat kurang baik bagi pertanian yang terbentuk dari batuan beku serta
batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil.
c.
Tanah aluvial/tanah endapan
Tanah aluvial adalah tanah yang
dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah yang memiliki
sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian.
d.
Tanah podzolit
Tanah podzolit adalah tanah subur
yang umumnya berada di pegunungan dengan curah hujan yang tinggi dan bersuhu
rendah/dingin.
e.
Tanah vulkanik/tanah gunung berapi
Tanah vulkanik adalah tanah yang
terbentuk dari pelapukan materi letusan gunung berapi yang subur dan mengandung
zat hara yang tinggi. Jenis tanah vulkanik dapat dijumpai di sekitar lereng
gunung berapi.
f.
Tanah laterit
Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur
dan kaya akan unsur hara, namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa
oleh air hujan yang tinggi. Contoh: Kalimantan Barat dan Lampung.
g.
Tanah mediteran/tanah kapur
Tanah mediteran adalah tanah yang sifatnya tidak subur yang
terbentuk dari pelapukan batuan yang berkapur. Contoh: Nusa Tenggara, Jawa
Tengah, dan Jawa timur.
h.
Tanah gambut/tanah organosol
Tanah organosol adalah tanah yang kurang subur untuk
bercocok tanam yang merupakan hasil bentukan pelapukan tumbuhan rawa. Contoh:
rawa Kalimantan, Papua, dan Sumatera.
Berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan, tanah yang terdapat pada daerah sawah adalah jenis
tanah vulkanik yang mengandung unsur hara yang tinggi. Apabila tanah vulkanik
diberi tambahan pupuk organik atau kotoran hewan maka kondisi tanah akan
menjadi lebih prima untuk pertanian, warnanya lebih gelap yang berasal dari
gunung berapi yang meletus dan sangat mudah menyerap air, sangat subur untuk
lahan pertanian.
BAB II
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Tanah adalah lapisan terlapuk dari kerak bumi dimana
organisme dengan produk-produknya terbaur. Tanah terdiri dari tiga komponen
yang berlainan satu sama lain. Pertama, adalah materi bahan induk yang terdiri
dari subtrasum batuan geologik tubuh bumi di bawahnya. Kedua, bahan organik
mati dan yang masih hidup dari ragam populasi di dalam dan di atas tanah.
Ketiga, ialah pori-pori, ruang udara atau cairan di antara butir tanah yang
merupakan cairan di antara butir tanah yang merupakan larutan cair tanah dan
atmosfer tanah (Wirakusumah dalam Elfis, 2006).
Menurut Ensiklopedia (2012), jenis-jenis tanah yang ada di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah:
1. Tanah humus
2. Tanah pasir
3. Tanah aluvial/tanah endapan
4. Tanah podzolit
5. Tanah vulkanik/tanah gunung berapi
6. Tanah laterit
7. Tanah mediteran/tanah kapur
8. Tanah gambut/tanah organosol
Tidak ada komentar:
Posting Komentar